Langsung ke konten utama

Kamu itu Introvert atau Ekstrovert? (by Bunda Fatmi)


Hai...sobat medsos semuanya.  Kali ini bunda Fatmi mau membahas mengenai Introvert dan Ekstrovert nih. Tulisan ini bunda tujukan untuk semua umur. Kenapa? Alasannya, bagi kita yang udah tua nih, istilah-istilah baru yang dipakai zaman sekarang jangan sampai kita tidak  tahu, meski sesudah tahu, kita bakal sadar bahwa, istilah ini sebenarnya sudah lama kita pahami, hanya saja baru muncul dengan kosa kata yang baru. Nah, untuk yang muda-muda, selain dari tambah pengetahuan juga tambah pengalaman. 







Kuy... mari kita bahas satu persatu dengan melihat contoh kebiasaan hidup kita.
1.     Memilih kendaraan.
Bapak/ibu atau sobat medsos di rumah, dikasih Allah rezeki. Lalu, punya keinginan mau membeli mobil. Bapak/ibu atau sobat medsos Kebetulan punya anak cuma satu, atau belum dikaruniai anak. Nah. mau beli mobil jenis mini bus atau sedan.
Jika pilihan jatuh ke minibus, dengan keinganan banyak yang bisa jadi penumpang meskipun anggota keluarga tidak beberapa orang. Maka k Bapak/ibu atau sobat medsos kategori Ekstrovert. Tapi jika memilih sedan untuk ketenangan dan privasi keluarga saja, berarti tipe Introvert.
Lalu ada alasan lain, misalnya karena terbatasnya uang, terbatasnya garasi, maka yang cocok  adalah sedan, namun keinginan hati sebenarnya mau memilih minibus, berarti Bapak atau Ibu tetap tipe Ekstovert.
2.  Memilih tempat makan
Ektrovert biasanya lebih suka memilih di warung-warung yang ramai pengunjungnya. Terkenal dengan masakan lezat, cepat sajiannya, apalagi murah. Tidak peduli tempat pakai AC atau tidak. Ia lebih mengutamakan kenikmatan dan kecepatan
 Introvert lebih memilih makan di kape atau restoran yang nyaman, berAC,  ketenangan, tapi tentu suka masakannya enak. Ia tidak peduli mengenai harga dan lama sajiannya. Yang penting ia menikmati makanan itu dengan nyaman, tenang, dan santai.
3.  Memilih pemanfaatan waktu libur
Ekstrovert sangat menunggu-nunggu waktu libur ini dengan menghabiskan waktu di luar rumah,bercanda dengan teman-teman, mendaki gunung, atau mencari tempat liburan yang ramai. Sebaliknya introvert lebih memilih menghabiskan waktu di rumah dengan membaca dan mendengarkan musik. Wah... introvert sangat menikmati ini. Tapi jangan salah dulu, lihat situasi lagi, bagaimana kalau di rumah itu dihabiskan dengan pekerjaan rumah, hehehe tanya dulu isi hatinya sebenarnya mau libur ke luar atau di rumah. Kalau mau keluar, itu artinya kamu ekstrovert.
4.  Dalam berkomunikasi
Jika sobat medsos memilih lebih suka mendengarkan dibanding berkomentar, berarti kategori Introvert. Lalu, ada sobat medsos yang suka berkomentar tapi kurang mendalami isi dulu berarti, kamu tipe ekstrovert. Tapi jangan salah lo, tipe ekstrovert suka bergaul dengan introvert. Sebaliknya tipe introvert, juga suka berteman dengan ektrovert. Hmm, Allah maha adil bukan?

Ekstrovert, dalam buku Psychological Types karya psikolog Carl Jung yang dikutip dari Tashandra, didefinisikan sebagai orang-orang yang senang berada di antara banyak orang. Mereka yang ekstrovert pada umumnya memiliki keinginan yang kuat terhadap pengalaman baru yang menarik, hubungan sosial dan kesempatan memimpin.
Sementara introvert didefinisikan sebagai orang-orang yang lebih suka menyendiri dalam beberapa kegiatan kreatif, seperti membaca atau menggambar. Mereka bukannya anti-sosial, hanya saja si introvert ini merasa lebih cocok bergaul pada lingkup sosial yang lebih kecil. Mereka memiliki empati dan pertemanan akrab dan kuat dengan segelintir orang saja. Ada pula ambivert, yakni mereka yang memiliki karakter ekstrovert dan introvert.
Nah, dari beberapa kebiasaan tadi, kamu kriteria yang mana? Entrovert atau Introvert? Atau kamu berada di antara keduanya yaitu Ambivert

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Seorang Ibu itu Indah (By: Fatmi Amro, M.Pd)

“Menjadi seorang ibu itu indah” tulisan ini kutujukan kepada semua wanita bukan hanya seorang wanita yang melahirkan anak tetapi bisa juga kepada seorang wanita yang memiliki cinta kasih terhadap anak. Karena bagiku, seorang ibu yang tidak bisa melahirkan anak juga mampu mendidik dan membesarkan dengan cinta kasih walau tidak terlahir dari rahimnya sendiri. Tulisanku ini adalah beberapa peristiwa penting pengalamanku sebagai ibu. Ini adalah beberapa fase dimana aku sangat mensyukuri bahwa sebagai orangtua, tidak hanya berkewajiban melihatnya tumbuh dengan mata kepala sendiri tapi menemaninya tumbuh diiringi dengan hati, sehingga kita tak sekedar melihatnya tapi juga memahaminya. Kadang kita harus sadar, mereka tumbuh dan menjadi diri sendiri. Ada masa dimana mereka tidak selalu menyamakan pendapat dengan kita. Ada saat kita harus menentukan sebuah keputusan yang mungkin diluar dugaan kita. Menurut kita benar, belum tentu menurut mereka benar atau belum tepat. Perkemb